Saat liburan seperti biasa, saya sempat mengalami kejadian yang hamper meregang nyawa saya,…
MEREGANG NYAWA!!! (biar tegang, aq ulangi sekali lagi dengan caps lock)
Saya gak suka intro cerita yang panjang lebar, meskipun badan saya bentuknya pajang dan lebar,… lets Bekicot(cekidot)!!
Di sebuah liburan musim panas yang panjang, saya sekeluarga berencana melakukan penyerangan besar – besaran ke kampung halaman kami, desa Binuang kabupaten Tapin. Setelah mempersiapkan segala sesuatunya, saya dan 2 saudara saya berangkat terlebih dahulu, sedangkan bapak dan ibu saya menunggu kloter berikutnya.
Saya bersama 3 buah tas perlengkapan yang saya bawa bersepeda motor dengan tenang dan agak sedikit nyaman. Di perjalanan saya berjuang melewati segala rintangan seperti, kena tilang polisi. Setelah menempuh 2 jam perjalanan, akhirnya saya tiba di Binuang. Ternyata para pejuang lainnya, termasuk 5 anggota “super seven”, kumpulan 7 orang keren, telah berkumpul menunggu kedatangan saya dan saudara saya. Siang itu pun saya habiskan waktu bergurau bersama anggota “super seven” lainnya dan warga sekitar. Sore hari, bapak dan ibu dengan menaiki revo kesayangan beroda dua, akhirnya sampai dengan selamat sehat sentosa. Alhamdulillah.
Hari sudah semakin malam, keramaian di kediaman kami bukannya mengilang namun malah bertambah karena sesepuh - sesepuh lainnya yang berasal dari pulau seberang mulai menampakkan batang hidung mereka satu persatu di Binuang. Setelah di hitung, ternyata jumlah anggota keluarga besar kami mencapai 35 kepala. Wow!. Keramaian pun semakin redup seakan ditelan malam seiring berjalannya waktu dan besok hari barulah petualangan saya dimulai.
Esoknya, disubuh yang gelap, kelam dan mencekam, saya dan kakak saya diseret masuk ke mobilnya orang dan di dalamnya kami menjumpai 4 sosok makhluk yaitu, bapak saya sendiri, om Ali, pa’de Untung, om Bowo. Setelah saya sudah 100% bangun (dipaksa minum mizone), kami berenam pun berangkat dengan mobil tersebut ke Binuang atas.
Setelah melewati satu jam perjalanan, tibalah kami di sebuah daerah yang dihuni oleh banyak semak belukar dan pohon – pohon kecil serta makhluk lainnya. Kami pun mulai menyusuri daerah tersebut. Di tengah perjalanan saya melihat sebuah pohon yang agak besar dengan sebuah tangkainya yang miring. Bapak saya secara tidak sengaja menyeruduknya! Menabraknya! Melabraknya! Melibasnya!!(masih dalam konteks "Tidak Sengaja") dan apa yang terjadi ? sekumpulan prajurit lebah yang ternyata sarangnya berada di pohon itu keluar dan menyatakan perang terhadap kami. meskipun saya sudah menawarkan perjanjian damai,kami tetap mendapatkan serangan dari mereka dengan gencarnya. Kamipun tak mau kalah dan bertarung mati – matian dengan mereka. Akhirnya kami terpaksa mengeluarkan jurus andalan, padahal saya kasihan sekali kepada prajurit lebah yang telah mempertaruhkan nyawa demi negaranya, tapi kami harus!
HARUS!!!(sengja di ulangi biar pembaca tegang)
dengan mantap nya saya melakukan ancang2, saya percepat langkah dengan akselerasi yang tak terjangkau oleh nalar seekor lebah sekalipun!! dan,.... kami semua memulai melakukan jurusnya bersamaan. nama jurusnya adalah........
.......
“langkah seribu”. Hasilnya, kami bisa lolos dari kejaran mereka, malah kami mendapatkan cindera mata yaitu bengkak bekas sengatan.
HARUS!!!(sengja di ulangi biar pembaca tegang)
dengan mantap nya saya melakukan ancang2, saya percepat langkah dengan akselerasi yang tak terjangkau oleh nalar seekor lebah sekalipun!! dan,.... kami semua memulai melakukan jurusnya bersamaan. nama jurusnya adalah........
.......
“langkah seribu”. Hasilnya, kami bisa lolos dari kejaran mereka, malah kami mendapatkan cindera mata yaitu bengkak bekas sengatan.
Sekitar 30 menit perjalanan, bapak menunjuk sebuah pohon jati yang terbakar. Ternyata pohon jati tersebut merupakan pembatas tanah dan daerah yang kami telusuri dari tadi merupakan tanah kakek saya yang diwariskan kepada bapak. Betapa luasnya tanah tersebut, bisa di jadiin lapangan bola tuh!
Kamipun terus berjalan ke sebuah tempat yang menanjak ke atas. Lelah, lapar dan haus sangat terasa menusuk sampai keseluruh tulang belulang. Akhirnya kami sampai di puncaknya dan melihat sebuah gunung besar dengan pemandangan yang spektakuler. Saya tertegun melihatnya karena, kami sampai di sana sekitar pukul 06:00 WITA,dimana sang matahari pagi memancarkan kemilaunya dan terbias, terpapar, ter-anu di gunung itu. Sayang kami tidak bisa mengabadikan kejadian tersebut karena tidak satupun dari kami yang membawa kamera. Hiks.
Tanpa melakukan istirahat, kami terus menerobos persemakan yang menghadang sambil menuruni bukit tadi. Namun karena kemarin malam hujan lebat dan turunannya cukup terjal, kami harus hati – hati melaluinya. Akhirnya yang kami nanti – nanti terjadi juga, salah seorang dari kami terpeleset sambil melakukan akrobatik, jungkir balik, dan meluncur kebawah dengan indahnya. Setelah diselidiki, ternyata yang jatuh itu adalah saya sendiri. Alhamdulillah umur saya masih panjang. Tepat di kaki bukit terdapat sungai kecil dan mau tidak mau saya tercebur ke dalamnya. Sayapun di angkat dari sungai oleh bapak dan 4 orang lainnya. Setelah delay beberapa menit untuk pengobatan seadanya. Kami bergegas pulang meninggalkan daerah yang berbahaya tersebut. Dan sampailah kami di tempat mobil diparkirkan. Akhirnya, om Ali, supir mobil, langsung menancap gas, kembali ke kediaman kami semula di Binuang bawah agar saya bisa cepat mendapatkan perawatan intensif .
NB : cerita sebnarnya sh gak sedramatis neh,… cma saya aja yg suka aneh2
Sekian dulu ceritanya yaaa,... semoga bermanfaat bwt para reader sekalian,... dan jgn lupa berikan koment nya yaa,... Tolong bila ingin CoPas artikel di atas, ikut sertakan alamat http://mahasis-ta-wa.blogspot.com/
0 komentar:
Posting Komentar